Kajian selain semiotika

 Menurut saya selain analisis atau kajian semiotika yaitu ada Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada penelitian kualitatif. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Ada beberapa definisi mengenai analisis isi. Analisis isi secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis menganai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus. Menurut Holsti, metode analisis isi adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalis. Objektif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan oleh orang (peneliti) lain dapat menghasilkan kesimpulan yang serupa. Sistematis artinya penetapan isi atau kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan secara konsisten, meliputi penjaminan seleksi dan pengkodingan data agar tidak bias. Generalis artinya penemuan harus memiliki referensi teoritis. Informasi yang didapat dari analisis isi dapat dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai relevansi teoritis yang tinggi. Definisi lain dari analisis isi yang sering digunakan adalah: research technique for the objective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication. Analisis konten merupakan teknik yang berorientasi kualitatif, ukuran kebakuan diterapkan pada satuan-satuan tertentu biasanya dipakai untuk menentukan karakter dokumen-dokumen atau membandingkannya (Berelson, 1952; Kracauer, 1993). Dahulu, analisis konten digunakan untuk menjelaskan karakteristik konten majalah pop (Lowenthal, 1962) atau dokumen-dokumen lain. Dokumen mampu

Penelitian Kualitatif

    A.M.IRFAN TAUFAN ASFAR – 14A17007

2


diampu oleh piranti computer dan perangkat-perangkat lunak tertentu misalnya General Enquirer (Stone, Dunplhy, dan Kirsch, 1967). Penggunaan analisis konten yang berbasis pada peranti komputer (beserta perangkat lunaknya) sangat populer pada penelitian studi cultural dan komunikasi massa.

Pendekatan etnometodologi memahami konteks sebagai pengetahuan yang dimanfaatkan dalam pengetahuan yang dibawa kedalam pengalaman sehari-hari dan diperlihatkan melalui ucapan (Levinson, 1983). Konteks berhubungan dengan persoalan pragmatis segala yang dibawa oleh pembaca ke dalam teks. Aspek mikro interaksional analisis konten tidak dapat dipahami sepenuhnya. Segala yang dibawa oleh pembaca ketika membaca dapat diperkirakan dengan teknik panel atau sampling pembaca atau pengkode, atau para ahli ilmu sosial yang memiliki otoritas untuk menentukan makna. Barthes (1975b) ‘teks terbaca adalah persoalan penting, interaksi diantara proses pembacaan teks dan sipembaca itu sendiri.

Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di dalam penelitian tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent (tersembunyi), kualitatif dan prosedurnya berbeda. Denis McQuail membuat dikotomi dalam riset analisis isi media yang terdiri dari dua tipe, yaitu: message content analysis dan structural analysis of texts. Analisis isi yang termasuk di dalam message content analysis memiliki karakter sebagai berikut: quantitative, fragmentary, systematic, generalizing, extensive, manifest meaning, dan objective. Sementara itu, structural analysis of texts, dimana semiotika termasuk di dalamnya, memiliki karakter sebagai berikut: qualitative, holistic, selective, illustrative, specific, latent meaning, dan relative to reader.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%),

Penelitian Kualitatif

    A.M.IRFAN TAUFAN ASFAR – 14A17007

3


dan ilmu politik (21,5%). Namun, analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut:

a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).

b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.

c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data- data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

Beberapa pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain:

1. Analisis isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan kembali informasi, pembuatan model (modelling), pemanfaatan catatan statistik, dan dalam kadar tertentu, etno-metodologi, punya andil

dalam teknik penelitian yang non-reaktif atau tak mencolok ini.

2. Analisis isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa memanfaatkan bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya

dengan memanggil beberapa informasi.

3. Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses bentuk-bentuk simbolik.

4. Analisis isi dapat menghadapi sejumlah besar data.

Metode Content Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu

komunikasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMIOTIKA KETAKSADARAN PADA KARYA LUKIS PENYANDANG SKIZOFRENIA RESIDUAL

Penanda dan petanda