SEMIOTIKA KETAKSADARAN PADA KARYA LUKIS PENYANDANG SKIZOFRENIA RESIDUAL

 PENDAHULUAN

 dan kegiatan eksplorasi kualitas ekspresi yang

 spontan dan otomatis.

Eksplorasi kualitas spontanitas dalam ekspresi seni bukan hanya dilakukan oleh para seniman saja namun juga oleh kalangan 'nonartist', seperti halnya para penyandang skizofrenia. Terkait dengan hal ini para penyandang psikotik yang tergabung dalam Yayasan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) secara aktif melakukan eksplorasi perasaan, emosi, imajinasi dan fantasi

 Munculnya konsep „ketaksadaran' (unconscious-ness) dari Sigmund Freud di awal abad ke-20 banyak mempengaruhi proses kreatif para seniman di Barat pada masa itu yang aktif mencari nilai-nilai kebaruan dan mengeksplorasi kekuatan kreativitas berdasarkan intuisi, nalar. dan kepekaan rasa. Pengaruh pemikiran Freud terlihat jelas pada karya-karya seni lukis bergaya Surrealis. Ekspresionis. Abstrak-Ekspresion

Isi 

2 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

 mereka melalui aktivitas menggambar dan melukis. Disini tampak ada spirit, fantasi, kreativitas, harapan dan potensi tersembunyi di dalam diri mereka yang memerlukan penyaluran agar dapat termanifestasi menjadi karya-karya seni yang dapat di apresiasi oleh masyarakat luas. Perkembangan riset humanistik terkini khususnya di bidang psikoanalitik menaruh perhatian pada persoalan keragaman kategori fenomena "emosi". Penelitian tentang emosi yang kini popular diteliti khususnya terkaitan dengan unsur-unsur generik, keterkaitan emosi dengan karya seni dan berbagai penyakit yang berkaitan dengan faktor 'desire' dan 'pleasure'

 (Carol, 2001:215-216).

Dalam hal ini emosi diteliti tidak dalam konteks pengertian umum namun dalam kategori konsep yang lebih kompleks dan spesifik terkait kasus-kasus" psikopatologi (gangguan jiwa). Hal ini mendorong berkembangnya penelitian- penelitian bidang ilmu seni dengan sejumlah pendekatan metodologis yang berbeda namun tidak saling bertentangan, justru memperkuat satu sama lain diantaranya : formalisme, feminisme, semiotika dan psikoanalisa.

Penggunaan metoda semiotika yang meluas saat ini dan banyak dimanfaatkan dalam pembacaan karya-karya seni rupa kontemporer dipandang relevan untuk memahami keunikan tanda-tanda visual yang merefleksikan „self expression‟ (ekspresi diri) dari individu dengan masalah psikosis, seperti skizofrenia. Karya- karya lukis yang dihasilkan oleh mereka umumnya merupakan ekspresi dari perasaan, pikiran dan pengalaman ketaksadaran (unconscious) yang merefleksikan masalah psikologis yang dialaminya. Ungkapan yang populer di kalangan para terapis seni adalah

 'draw from within' yang dapat diartikan sebagai 'menggambar dari dalam diri', bukan menggambar dari apa yang dilihat. Fenomena ini sejalan dengan apa yang dikatakan Aristoteles "seni membebaskan tekanan-tekanan yang tidak disadari" dan pernyataan ini berkaitan erat dengan "katarsis". Proses katarsis melibatkan proses transformasi emosi yang tertekan dan tersembunyi dalam ketaksadaran masuk ke tingkat kesadaran. Sublimasi artistik yang dilakukan oleh penyandang skizofrenia memberi

 pengaruh positif dalam membangkitkan respon“cathartic pleasure” yang mampu mereduksi ketegangan emosional sehingga memberi sensasi kelegaan dan penikmatan dalam diri mereka.

Saat penyandang skizofrenia mencipta dan merangkai tanda-tanda visual melalui medium seni lukis sangat mungkin terjadi overcoding yaitu proses modifikasi kode-kode dan menghasilkan kode-kode visual baru yang merefleksikan gejala-gelaja masalah kejiwaannya. Proses overcoding terjadi baik disadari ataupun tak disadari yang melibatkan

 naluri, kepekaan kontinuitas pikiran, pengembangan ide dan kreativitas. Kode-kode baru yang dihasilkan memiliki sistemnya sendiri yang memungkinkan ungkapan personal yang unik (idiolect) dapat ditafsirkan secara terbuka atau prospektif.

Tulisan ini secara khusus meneliti karya lukis yang dibuat oleh seorang individu dengan skizofrenia residual. Orang dengan skizofrenia (ODS) yang bernama Anta Samsara (nama samara) saat ini masih menjalani proses pemulihan dengan pendekatan farmakoterapi yang dimulainya sejak tahun 2004 hingga kini untuk menjaga kestabilan mentalnya agar tidak mudah relaps.

Proses penafsiran makna secara semiosis dan psikoanalisa ini diharapkan dapat menghantarkan kita memahami dan mengapresiasi potensi „ketaksadaran‟ dalam pribadi seorang skizofrenia untuk dikelola menjadi kekuatan „self expression‟ yang terefleksikan pada karya lukisnya. Upaya ini merupakan bentuk apresiasi dan kepedulian terhadap penyandang skizofrenia yang nasibnya

 termarjinalkan. Pembahasan berikut ini memaparkan pengertian skizofrenia dari perspektif psikoanalisa, penafsiran karya lukis skizofrenia dalam perspektif interdisiplin yang memanfaatkan metode semiotika ketaksadaran dan metode psikoanalisa untuk menganalisa kondisi klinis dan psikososial dari penyandang skizofrenia.

Kesimpulan 

SIMPULAN

 Semiotika ketaksadaran merupakan jembatan yang menghubungkan Semiotika dengan Psikoanalisa. Kedua metode analisa ini saling melengkapi dalam membaca makna simbolik yang tersembunyi dalam „kode-kode pribadi‟ yang merepresentasikan emosi, perasaan terdalam, imajinasi atau khayalan- khayalan yang terepresi ke alam ketaksadaran. Proses memahami ketaksadaran dalam diri penyandang skizofrenia melalui karya lukisnya membuka pemahaman baru tentang cara mengelola ketaksadaran secara produktif

 melalui berbagai aktivitas salah satunya adalah melukis. Pembacaan terhadap karya Anta menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan „idiolect‟ yang berelasi dengan ketaksadaran. Perjuangan hidup Anta sebagai penyandang skizofrenia yang berlangsung hingga akhir hayatnya merupakan refleksi spiritual dan pengenalan konsep diri tentang hakikat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian selain semiotika

Penanda dan petanda